Untuk menghidupkan kembali pendidikan pancasila, harus juga dibarengi dengan pengembangan ilmu pancasila.
Artinya pembelajaran Pancasila di sekolah harus lebih memperdalam nilai-nilai penghayatan, penerapan dan pembiasaan.
Jika bisa dimulai sedini mungkin dari sekedar menghapal isi dan mengamalkan Pancasila
, tentu bisa menjadi nilai karakter yang akan mempengaruhi perilaku peserta didik dalam kehidupannya.
Harapannya, Indonesia merupakan negara multikultural yang harus mengembangkan kebersamaan dalam keberagaman agar tetap harmonis sebagai sebuah bangsa.
- Latihan Pancasila bukan pelajaran “kelas dua”, kan?
Dulu, Kompasian Zaldy Chan ingat betul bahwa berapa pun banyak pertanyaan yang diajukan guru
, ujian mata pelajaran Pancasila akan mudah dilalui.
Ternyata kompasianer Zaldy Chan ini punya 3 rumus berbeda untuk mengerjakan soal-soal tersebut dengan memilih atau memikirkan jawaban terbaik yang diterima secara luas di masyarakat.
Dapatkan informasi, inspirasi, dan wawasan di email Anda.
email pendaftaran
Namun, kini Kompasian Zaldy Chan justru mengidentifikasi masalah pendidikan pancasila, seperti posisi pengajaran pendidikan pancasila dalam tiga kurikulum yang berbeda.
“Kelas di Pancasila hanya 2 jam pelajaran (antara 70 dan 90 menit) dalam seminggu. Selama ini SMP dan SMA masih sama,” tulisnya.
Silakan bandingkan dengan jumlah pelajaran dalam seminggu di mata pelajaran lain. (Lanjut membaca)
- Urgensi berbicara bahasa Inggris dan tips belajar otodidak
Pengetahuan bahasa Inggris bukanlah kewajiban yang harus dibawa oleh setiap orang.
Baik mendengarkan, membaca, menulis atau berbicara.
Oleh karena itu, menurut Kompasian Bayu Samudra, jargon Badan Bahasa Indonesia sudah tepat: melestarikan bahasa daerah, menggunakan bahasa Indonesia dan menguasai bahasa asing (Inggris).
Bahasa Inggris harus dipelajari dengan membaca kamus Indonesia-Inggris dan menulis sebagai isi kamus.
Dari membaca kita pasti tahu bentuk kosakata bahasa Inggris.
“Saat membaca kosakata, jangan memikirkan kata yang benar dan salah dulu, apakah yang beraksen Jawa atau beraksen Indonesia,” tulis Kompasian Bayu Samudra. (Lanjut membaca)
- Agar anak-anak tetap aman dan disiplin dalam menggunakan peralatan
Selain dampak positif dari penggunaan gadget, banyak juga penelitian yang mengungkap dampak negatif yang dirasakan.
Mengingat banyaknya dampak negatif tersebut, ada beberapa orang tua yang memilih untuk tidak mengizinkan atau memperkenalkan perangkat apapun kepada anaknya sama sekali.
Namun, Kompasian Hayatilah Nur boleh saja mengenalkan gawai kepada anak-anaknya jika orang tua ingin anaknya tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi.
LIHAT JUGA :